Aksara Korea, Belajar Bahasa

Pedoman Romanisasi Bahasa Korea bagi Penutur Bahasa Indonesia

Catatan: untuk pedoman romanisasi berdasarkan aturan yang baku / resmi, lihat artikel Pedoman Romanisasi Hangeul Berdasarkan Sistem Revised Romanization (RR).

Sebelum abjad latin resmi digunakan untuk menulis, bahasa Indonesia menggunakan aksara Jawi. Barulah pada tahun 1901 abjad latin diperkenalkan untuk menulis bahasa Indonesia melalui sistem ejaan Van Ophuijsen. Sistem tersebut terus dikembangkan hingga tercipta sistem Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang kita kenal saat ini, hingga Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), sistem ejaan terbaru yang diresmikan tahun 2015.

Berbeda dengan bahasa Indonesia, bahasa Korea menerapkan sistem penulisan Hangeul (한글) yang diciptakan oleh Raja Sejong pada abad ke-15. Hingga saat ini, Hangeul masih merupakan aksara resmi untuk bahasa Korea.

Untuk memudahkan penutur bahasa asing dalam membaca tulisan bahasa Korea, maka tulisan Korea juga umum dialihbahasakan (trasliterasi) ke abjad latin, yang disebut juga romanisasi. Pedoman romanisasi Hangeul yang menjadi standar saat ini adalah berdasarkan sistem Revised Romanization (RR). Meski demikian, sistem romanisasi ini memiliki masalah tersendiri apabila digunakan oleh penutur bahasa Indonesia. Karena perbedaan cara mengeja abjad latin dalam bahasa Indonesia jika dibandingkan dengan bahasa lainnya, bahasa Inggris misalnya, maka penutur bahasa Indonesia memiliki kesulitan membaca romanisasi Hangeul dengan pelafalan yang tepat sebagaimana dalam bahasa Korea.

Sebagai contoh, dari temuan anekdotal di Jakarta, kebanyakan orang melafalkan romanisasi “mujigae” (무지개) menjadi “mu-ji-ga-é”, dan “jjajangmyeon” (짜장면) menjadi “ja-jang-myé-on”. Tentu saja pengucapan ini tidak tepat apabila mengacu pada bahasa aslinya.

Sayangnya, saya belum menemukan alternatif pedoman yang khusus dibuat untuk romanisasi bahasa Korea (Hangeul) ke bahasa Indonesia (Latin) yang digunakan oleh khalayak ramai, meskipun ada banyak orang Korea yang menekuni sastra Indonesia dan orang Indonesia yang menekuni sastra Korea. Pada artikel populer (non-akademis) yang berbahasa Indonesia, kebanyakan romanisasi pun dibuat mengikuti pedoman Revised Romanization saja.

Ada satu usulan pedoman romanisasi bahasa Korea ke bahasa Indonesia yang dibuat oleh Usmi, salah seorang dosen program studi Bahasa dan Kebudayaan Korea di Universitas Indonesia. Pedoman ini bisa menjadi acuan awal untuk mentranskripsikan bahasa Korea ke bahasa Indonesia. Melalui artikel ini saya mencoba untuk menyusun pedoman romanisasi yang disempurnakan dengan mengacu pada pedoman yang dibuat oleh beliau (USMI), pedoman sistem Revised Romanization (RR), serta pedoman sistem Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).

Aturan Transkripsi Dasar

Pada dasarnya, setiap suku kata Hangeul terdiri dari KV atau KVK. Huruf konsonan di akhir suku kata (jong) memiliki bunyi yang berbeda dibandingkan dengan huruf konsonan yang sama apabila terletak di awal suku kata. Oleh karena itu kedua posisi huruf konsonan ini dijabarkan terpisah pada tabel di bawah ini.

Huruf Vokal

Vokal
Transkripsi a è ya ö é
Vokal
Transkripsi o wa yo u wo wi yu
Vokal
Transkripsi e ei i

Huruf Konsonan (di awal suku kata)

Konsonan
Transkripsi g k n d t r m b p
Konsonan
Transkripsi s ss j c ch kh th ph h

Huruf Konsonan (di akhir suku kata)

Konsonan
Transkripsi k k n t t l m p p
Konsonan
Transkripsi t t ng t t t k t p t
Konsonan
Transkripsi k n n k m p t t p t p

Sebagai contoh, menurut aturan di atas 사랑 ditranskripsikan menjadi “sarang”.

Perubahan Bunyi Konsonan Berdampingan

Untuk dua suku kata yang berdampingan, huruf konsonan akhir pada suku kata pertama dapat berubah bunyinya tergantung pada huruf konsonan awal pada suku kata yang mengikutinya. Misalnya suku kata 한 apabila berdiri sendiri ditranskripsikan menjadi “han“. Namun 한류 ditranskripsikan menjadi “hallyu” (perhatikan perubahan huruf konsonan ㄴ+ㄹ).

Akhiran konsonan bertemu dengan awalan ㅇ (huruf konsonan tanpa suara)

Akhiran konsonan yang bertemu dengan awalan ㅇ berubah bunyinya menjadi sama seperti huruf konsonan di awal suku kata. Misalnya 한국 ditranskripsikan menjadi “hanguk“, akan tetapi 한국어 ditranskripsikan menjadi “hangugö” bukan “hangukö”.

Khusus untuk kombinasi konsonan ㅇ+ㅇ, ditranskripsikan menjadi “ng”.

Akhir / Awal ㄱㅇ ㄲㅇ ㄴㅇ ㄷㅇ ㄸㅇ ㄹㅇ ㅁㅇ ㅂㅇ ㅃㅇ
Transkripsi g k n d t r m b p
Akhir / Awal ㅅㅇ ㅆㅇ ㅇㅇ ㅈㅇ ㅉㅇ ㅊㅇ ㅋㅇ ㅌㅇ ㅍㅇ ㅎㅇ
Transkripsi s ss ng j c ch kh th / ch ph h

Akhiran konsonan gabungan bertemu dengan awalan ㅇ (huruf konsonan tanpa suara)

Untuk akhiran huruf konsonan gabungan seperti ㄳ, ㄵ, ㄶ, dsb. yang bertemu dengan awalan ㅇ, maka bunyinya berubah seolah-olah konsonan pertama menjadi akhiran pada suku kata tersebut, dan konsonan kedua menjadi huruf konsonan awal pada suku kata berikutnya. Misalnya 짧아요 ditranskripsikan seolah-olah seperti “짤바요” menjadi “calbayo”.

Akhir / Awal ㄳㅇ ㄵㅇ ㄶㅇ ㄺㅇ ㄻㅇ ㄼㅇ ㄽㅇ ㄾㅇ ㄿㅇ ㅀㅇ ㅄㅇ
Transkripsi ks nj nh lg lm lb ls lth lph lh bs

Akhiran konsonan bertemu dengan awalan konsonan tertentu

Beberapa kombinasi akhiran konsonan yang bertemu dengan awalan konsonan tertentu pada suku kata berikutnya juga menyebabkan perubahan suara. Lihat tabel berikut ini untuk aturan transkripsi kombinasi konsonan tersebut.

Akhir \ Awal
ㄱ / ㄲ ngn ngn ngm
ll / nn
ㄷ / ㄸ nn nn nm th / ch
ll / nn ll
mn
ㅂ / ㅃ mn mn mm ph
ㅅ / ㅆ nn nn  nm s / th / ch
ngn ngn ngm
ㅈ / ㅉ nn nn nm ch
nn nn nm ch
ngn ngn ngm
nn nn nm
mn mn mm
nn nn nm th
ngn ngn ngm ks
ㄵ / ㄶ ll / nn nch / nth
ngn ngn ngm lkh
mn lmh
ㄼ / ㄿ mn mn mm lph
ㄽ / ㄾ / ㅀ nn nn nm ls / lth / lch
mn mn mm psh

Perubahan Bunyi Vokal ㅢ

Khusus untuk huruf vokal ㅢ (ei), pelafalannya berubah tergantung pada kombinasi huruf konsonan di depannya, serta pada posisi suku kata tersebut dalam sebuah kata. Contohnya, 민주주의의 역사 ditranskripsikan menjadi “minjujuiyé yöksa”.

Suku Kata
(awal kata)

(tengah / akhir kata)

(partikel milik)
Transkripsi ei i yé / ei hi

Referensi

Van Ophuijsen Spelling System. Wikipedia.

Usmi. 2013. Romanisasi Bahasa Korea di Indonesia: Masalah dan Pemecahannya. Academia.edu.

Revised Romanization of Korean. Wikipedia.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia