Efek Samping Belajar Bahasa Korea
Sudah berjalan sekian tahun lamanya semenjak aku belajar bahasa Korea. Aku ingat pertama kali aku mempelajari aksara Korea secara otodidak pada tahun 2011 karena bentuk aksaranya yang menarik. Karena terpengaruh teman yang senang mendengar lagu dan menonton drama Korea, aku memutuskan untuk mempelajari bahasanya juga, berharap supaya bisa nonton tanpa subtitle dan mengerti arti dari lirik lagu. Kemudian aku mengikuti kelas bahasa Korea di Pusat Kebudayaan Korea (한국문화원).
Sedikit demi sedikit pengetahuan dan kemampuan berbahasa aku meningkat. Seiring berjalannya waktu, aku merasakan pembelajaran bahasa Korea ini memberikan efek samping dalam hidup aku.
Bisa nonton drama dan film Korea tanpa subtitle
Ya, benar saja kini apabila aku menonton film Korea tanpa menggunakan subtitle, meskipun aku masih tak mengerti persis kalimat per kalimat yang diucapkan, tapi aku sudah mulai bisa menangkap garis besar ceritanya.
Sebagian dialog yang diucapkan dalam film biasanya digunakan berulang-ulang. Bahkan penggemar film Korea yang aku kenal yang tak belajar bahasanya pun banyak yang mengerti sebagian kalimat dalam dialog film karena begitu seringnya diucapkan.
Mimpi pakai bahasa Korea
Serius. Kalau biasanya mimpi dalam bahasa Indonesia, semenjak belajar bahasa Korea ada satu dua malam aku mimpi dengan bahasa yang campur-campur.
Pernah aku bermimpi bertemu dengan seseorang yang mengajak ngobrol pakai bahasa Jepang. Berhubung aku tak bisa bahasa Jepang, aku jawab dengan “미안하지만 저는 일번어를 못 해요” (Maaf aku tak bisa bahasa Jepang). Entah mengapa aku jawabnya pakai bahasa Korea, bukan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. Eh ternyata orang itu mengerti bahasa Korea! Kok bisa ya? Ya, namanya juga mimpi, semua bisa terjadi.
Ada pula di dalam mimpi orang-orang bicara pakai bahasa Korea, lalu ada subtitlenya! Oh kelihatannya aku kebanyakan nonton drama sebelum tidur..
Bisa nyeletuk dalam berbagai variasi bahasa
aduh, aigo, oh no, alamak, aiyoh…
Tidak jarang kita latah mengeluarkan celetukan-celetukan singkat sebagai reaksi dari sesuatu. Setelah belajar bahasa Korea (atau kebanyakan nonton drama Korea), celetukan-celetukan yang keluar dari mulut jadi lebih bervariasi.
“Kamu bawa CD soundtrack Descendants of The Sun yang aku mau pinjam, kan?”
“Aigo, lupa! Besok deh aku bawa ya, sorry…”
“Euleuh euleuh… Ya udah besok jangan lupa bawa ya!”
Bermain tebak-tebakan kata tanpa disengaja
Oke, ini agak parah sih. Tapi tidak jarang terjadi padaku dan teman-teman juga. Ada kalanya aku bisa ingat kalau alat untuk makan di antaranya ada sendok, garpu, pisau. Lalu ada juga sepasang stik yang biasa terbuat dari bambu, plastik, atau stainless steel. Aku ingat nama alat itu 젓가락 dalam bahasa Korea, atau chopsticks dalam bahasa Inggris, tapi apa ya namanya dalam bahasa Indonesia?
“Kak, tolong ambilkan aku itu dong… (sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah ✌️)”
“Gunting?”
“Bukan, bukan. Itu loh 젓가락 yang biasa buat makan mie. Hmm, chopstick itu apa sih namanya?”
“Oh, sumpit maksudmu?”
“Iya! Itu dia, sumpit! Boleh tolong ambilkan?”
Jika tak disengaja, mengakibatkan main tebak-tebakan dalam percakapan. Dan apabila disengaja, mengakibatkan efek samping lainnya, yaitu…
Bercakap-cakap dalam bahasa rujak
Terjadi bukan hanya ketika belajar bahasa Korea saja. Tepatnya efek samping ini timbul kalau belajar bahasa asing apapun. Karena ingin melancarkan kemampuan berbahasa Korea, maka kita jadi sering mengucapkan kalimat-kalimat dalam bahasa Korea, terutama jika lawan bicaranya mengerti bahasa Korea atau sama-sama sedang belajar. Tapi karena perbendaharaan kosakata dan kemampuan tata bahasa yang masih sangat terbatas, jadi yang muncul adalah bahasa rujak, alias campur-campur antara bahasa Korea dan Indonesia.
Kedengaran seperti alay? Atau merasa malu bila didengarkan orang karena ucapan kita berantakan? Cuek saja. Karena dengan sering menggunakan bahasa dalam percakapan sehari-hari akan membuat kita lebih cepat lancar berbahasa, yang akhirnya memungkinkan kita untuk…
Punya teman orang Korea
Mempunyai teman dari luar negeri itu menyenangkan. Bila berteman dengan orang Korea, kita jadi bisa lebih mengenal kebudayaan dan kehidupan sehari-hari mereka secara langsung. Jadi bukan hanya tahu dari TV atau kata orang, melainkan langsung berbagi pengalaman dan membuka wawasan lebih luas. Satu hari kita bisa ikut mereka makan di restoran korea, memperhatikan dan mengikuti bagaimana cara mereka menyantap bulgogi dan banchan. Di hari lain kita juga bisa ajak mereka makan di restoran sunda dan mengenalkan sayur asem, lalapan, dan bagaimana caranya makan pakai tangan.
Syukur-syukur kalau teman Korea kita bisa bahasa Inggris. Lebih seru lagi kalau mereka juga bisa bahasa Indonesia. Tapi seberapa sering sih kita berjumpa dengan orang Korea yang lancar berbahasa Inggris dan Indonesia? Dengan belajar bahasa Korea aku jadi bisa lebih mengenal seseorang lebih dari sekedar menanyakan nama dan apa kabarnya. Kita jadi bisa berbagi cerita tentang kehidupan, cita-cita, hobi dan lain-lain.
Kenal lebih banyak budaya Korea
Kebudayaan erat kaitannya dengan bahasa. Ada banyak perbedaan-perbedaan antara dua bahasa yang bila ditelusuri akan membawa kita kepada kebudayaan masyarakat setempat.
Dalam bahasa Korea dikenal berbagai bentuk tingkatan bahasa, menunjukkan bagaimana masyarakat di Korea menghormati orang yang lebih tua atau dituakan. Bentuk sopan santun dalam berbahasa ini mirip seperti dalam bahasa Sunda.
Dalam bahasa Korea juga dikenal bermacam-macam nama panggilan untuk memanggil orang lain berdasarkan jabatan atau hubungan sosial. Memanggil orang lain dengan nama atau ‘kamu’ itu dianggap tidak sopan. Ini jauh berbeda dengan bahasa Inggris yang perbendaharaan kata untuk nama-nama panggilannya lebih sedikit (sir, mister, miss, boss, aunty, uncle, dll) karena masyarakatnya memanggil satu sama lain dengan nama. Bahkan anak pun memanggil orang tuanya dengan nama.
Aku beruntung bisa belajar gayageum, alat musik tradisional Korea, juga karena aku belajar bahasa Korea. Jika aku tak bisa bahasa Korea sama sekali, maka akan sulit untuk aku berkomunikasi dengan guru yang mengajar gayageum.
Pada akhirnya, apapun bahasa asing yang kamu pelajari, akan membuat hidupmu lebih kaya akan wawasan dan pengalaman. Adakah hal yang membekas dalam ingatanmu, cerita menarik yang kamu alami karena kamu mempelajari bahasa asing yang rasanya tak akan pernah terjadi kalau tidak pernah belajar bahasa asing?