Hansik, Ngasa di Jakarta

Ocha di Restoran Korea kok Rasanya Lain?

Tiba-tiba saja siang ini kamu ngidam makan bibimbap siang ini. Kebetulan di mall yang sedang kamu kunjungi ada restoran Sam Won Express (삼원집) yang menyediakan bibimbap sebagai hidangan utamanya. Kamu pesan bulgogi bibimbap serta minuman ocha dingin yang free refill. Rasa bibimbap-nya boleh juga sih karena kamu memang lagi lapar. Tapi ketika meminum ocha-nya, kok rasanya lain ya? Berbeda dengan ocha di restoran khas Jepang atau Tiongkok. Beda juga dengan green tea kemasan yang biasa kamu minum.

Pertama kalinya aku mencoba makan Korean BBQ yaitu di Kogi Kogi (고기고기) bersama dengan teman. Makanannya sih tak usah ditanya lagi. Sekali mencoba barbeku Korea langsung masuk ke dalam daftar makanan favorit aku. Siapa sih yang tak suka dengan barbeku Korea? Belum lagi hidangan “lalapan”-nya yang seabrek. Tapi aku bingung dengan minumannya, ocha ini kok rasanya aneh ya? Ada rasa seperti gosong (atau seperti kacang) begitu. Yang jelas berbeda dengan teh hijau yang selama ini aku kenal.

Apa memang teh hijau di Korea beda sendiri dengan teh hijau di negara lain ya?

Bukan, ternyata itu karena yang aku minum memang bukan teh hijau.

Ocha (お茶) berasal dari bahasa Jepang yang berarti “teh”. Karena jenis teh yang paling umum di Jepang adalah teh hijau (緑茶 ryokucha) maka istilah ocha jadi identik dengan teh hijau. Sama seperti ketika kita menyebut kata “teh” saja, maka konotasinya adalah teh hitam. Karena teh hitam adalah produk teh paling umum di Indonesia. Di dalam bahasa Korea, teh hijau bernama nokcha (녹차). Namun orang Indonesia nampaknya lebih familiar dengan istilah ocha.

Belakangan aku baru tahu bahwa teh yang disajikan yang rasanya lain itu bukanlah teh hijau, melainkan boricha (보리차) alias teh jelai alias barley tea. Teh ini berasal dari biji jelai.

Sebelum direbus dan diseduh, biji jelai disangrai atau dipanggang terlebih dulu. Inilah yang menyebabkan ada rasa seperti gosong saat meminum teh jelai.

Pada kasus rumah makan di Indonesia, menurut pengamatanku yang tidak berdasarkan penelitian ilmiah, karena istilah boricha (nokcha, oksusucha, hongcha, dan -cha -cha lainnya) ini masih asing di telinga orang Indonesia, maka semua jenis teh yang warnanya tidak hitam/merah pekat selayaknya teh lokal disebut sebagai ocha saja. Bahkan ada pelayan restoran yang menyebutnya ocha padahal yang disajikannya itu teh jelai. Tidak salah juga sih karena arti kata ocha itu kan teh, titik. Masalahnya kita memiliki persepsi bahwa ocha sama dengan teh hijau. Sehingga muncullah pertanyaan “Kok ocha di sini rasanya lain?”